Data citra satelit untuk mitigasi kebencanaan

Data citra satelit untuk mitigasi kebencanaan


Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.

Kejadian Bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat berdasarkan tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana, korban dan/ataupun kerusakan. Jika terjadi bencana pada tanggal yang sama dan melanda lebih dari satu wilayah, maka dihitung sebagai satu kejadian.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengelola data citra yang diperoleh dari satelit pengindraan jauh untuk berbagai keperluan termasuk mitigasi kebencanaan seperti kebakaran hutan dan banjir.

"Data citra ini menjadi basis dalam pembuatan peta, rencana tata ruang wilayah, mitigasi kebencanaan seperti kebakaran hutan, banjir, dan lainnya, serta menjaga kedaulatan wilayah Indonesia," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam acara Nurtanio Pringgoadisuryo Memorial Lecture 2022 yang diikuti virtual di Jakarta, Rabu.

BRIN mengembangkan dan memanfaatkan satelit pengindraan jauh untuk dapat memantau keadaan permukaan bumi termasuk titik panas (hotspot) dalam mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan, mendeteksi lingkungan rawan bencana, dan memprediksi atau mendeteksi lahan kering.

Handoko menuturkan di bidang pertanian dan perikanan, data citra satelit menjadi kunci pengelolaan lahan pertanian yang berkelanjutan serta memonitor zona tangkap ikan yang lebih akurat.

Dari satelit pengindraan jauh, kata dia, dapat diperoleh informasi tingkat kekeringan lahan di mana lahan yang kering jauh dari sumber air dan memiliki curah hujan rendah, sehingga dapat dijadikan informasi sebagai peringatan dini daerah yang rawan terbakar.

Selain itu, data citra satelit juga bisa dimanfaatkan sebagai analisis dan simulasi akan perubahan di masa depan.

Melalui pemetaan tinggi rendahnya suatu wilayah berbasis data citra satelit, menurut dia, dapat dibuat zonasi daerah bahaya dan daerah yang aman akan suatu bencana, seperti membuat zona titik evakuasi di dataran tinggi yang aman jika terjadi bencana tsunami.

Selain pengindraan jauh, BRIN melalui Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa juga memiliki program penguatan riset kedirgantaraan, dan secara khusus saat ini mengembangkan drone untuk tujuan sipil serta pesawat komuter N-219 beserta varian amfibinya.

"Selain penerbangan, BRIN juga fokus mengembangkan teknologi keantariksaan. Teknologi ini sangat perlu untuk mendukung kedaulatan di semua aspek dari negara kita yang kepulauan dengan wilayah yang cukup luas," ujarnya.

Dalam rangka memberikan penghargaan dan apresiasi kepada para periset baik peneliti/perekayasa/periset yang sangat berjasa dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang penerbangan dan antariksa, BRIN memberikan penganugerahan Nurtanio Pringgoadisuryo Memorial Lecture.

Penerima Nurtanio Memorial Lecture 2022 adalah periset di bidang pengindraan jauh di BRIN Orbita Roswitiarti, yang dinilai telah berjasa dalam memajukan dunia penerbangan dan antariksa di Indonesia.

Penghargaan tersebut diberikan dalam bentuk kegiatan kuliah umum untuk mengenang jasa Nurtanio Pringgoadisuryo sebagai perintis industri penerbangan Indonesia.

Nurtanio Pringgoadisuryo merupakan perintis industri kedirgantaraan di Indonesia pada awal tahun 1950. Ia merupakan sosok pembuat pesawat pertama all metal dan fighter Indonesia bernama Sikumbang. Selanjutnya, ia menciptakan pesawat lain bernama Kunang-Kunang, Belalang, dan Gelatik.

sumber : antara

0 Komentar