Citra Satelit Bidang Kehutanan
Dalam bidang kehutanan, citra satelit bermanfaat untuk melakukan monitoring sehingga dapat dibuat tindakan identifikasi, perencanaan pemetaan, perhitungan dan evaluasi terhadap masalah-masalah terkait kehutanan.
Berikut ini adalah manfaat citra satelit bagi sektor kehutanan, antara lain:
- Pengawasan terhadap batas-batas fungsi kawasan hutan
- Identifikasi wilayah habitat satwa
- Identifikasi perubahan kawasan hutan akibat penebangan liar
- Inventarisasi hutan beserta seluruh sumber daya didalamnya
- Pemetaan kawasan pengelolaan hutan
- Perencanaan reboisasi
Secara lebih spesifik, pembacaan informasi citra satelit juga bermanfaat bagi pemegang izin HPH (Hak Penggunaan Hutan), sebagai berikutt:
- Inventarisasi luas lahan HPH
- Menghitung potensi volume kayu
- Perencanaan dan pembuatan site plan
- Perencanaan jalur transportasi loging
- Identifikasi batas kawasan
- Evaluasi laju produksi
Serta bermanfaat bagi pengelola HTI (Hutan Tanaman Industri), yaitu:
- Perencanaan pembagian areal usaha ke dalam bentuk blok, petak dan anak petak
- Perencanaan lokasi camp, lokasi menara pengawas, lokasi persemaian, dan lain-lain
- Monitoring pertumbuhan tanaman dan areal siap panen
Selain itu, dengan membaca citra satelit kita dapat mengetahui dan mengamati laju kerusakan hutan (deforestasi), mengamati alih fungsi lahan hutan, dan mengamati keberhasilan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan).
Citra Satelit Cuaca
Selain bermanfaat bagi sektor kehutanan, pada umumnya informasi dari citra satelit juga digunakan untuk penentuan cuaca. Badan Meteorologi dan Geofisika Indonesia saat ini mengacu pada data yang didapatkan dari rekaman Satelit Himawari 8 milik Jepang.
Cakupan satelit Himawari meliputi wilayah Asia Pasifik secara kontinyu mengirimkan citra terbaru setiap 10 menit dan setiap 2,5 menit khusus untuk citra cuaca wilayah Jepang.
Melalui citra satelit yang berasal dari Himawari 8, kita dapat mengetahui temperatur awan, kondisi uap air, hingga pergerakan awan pada bagian troposfer bumi. Oleh karena itu, data dari satelit Himawari banyak menjadi rujukan bagi astronom amatir untuk mengetahui pergerakan awan, tingkat kecerahan langit, potensi hujan dan prediksi kondisi cuaca.
Akses Citra Satelit
Untuk dapat mengakses data dari satelit Himawari 8, kita dapat mengunjungi website Badan Meteorologi dan Geofisika melalui URL https://www.bmkg.go.id/satelit/ atau http://satelit.bmkg.go.id/ kemudian pilihlah “Citra Satelit Wilayah Indonesia” yang berasal dari data Himawari 8. Selanjutnya, kita akan disajikan peta Indonesia dengan berbagai warna.
Cara Membaca Citra Satelit
Seperti pada peta-peta geografis lainnya, disisi sebalah kanan kita akan menemukan tampilan legenda. Legenda tersebut berisikan simbol data suhu puncak awan yang diperoleh dari pengamatan radiasi pada panjang gelombang 10,4 mikrometer yang dikelompokkan menjadi beberapa warna.
Dengan membaca peta digital yang ada, maka kita akan memperoleh informasi sebagai berikut:
- Langit Sangat Cerah – Pada gambar peta ditunjukkan oleh warna hitam. Pada kondisi ini, pembentukan awan tidak terjadi karena suhu awan berada pada temperatur 60 hingga 21 derajat celcius. Obyek langit seperti bintang akan nampak jelas jika diamati dari permukaan bumi.
- Langit Berawan – Pembentukan awan cukup tebal pada suhu 0 hingga -28 derajat celcius. Pada kondisi ini, cakram bulan masih nampak cukup jelas namun terdapat pendaran awan yang mengelilingi cakram bulan.
- Langit Berawan Tebal – Ketika suhu awan berada pada kisaran -28 hingga -56 derajat celcius, maka akan terbentuk awan tebal. Cahaya matahari dan bulan akan nampak cahanyanya saja, bahkan cenderung kabur dan tidak jelas.
- Langit Berawan Sangat Tebal – Saat suhu awan berada pada -56 hinga -100 derajat celcius, secara umum langit akan tertutupi oleh awan yang sangat tebal. Pada kondisi ini, potensi hujan cukup tinggi dan benda-benda langit seperti bulan dan matahari tidak dapat terlihat.
Dalam melakukan pengamatan terhadap kondisi langit, terdapat istilah “Seeing & Transparency“. Apabila dijabarkan, “Seeing” adalah ukuran seberapa tajam benda langit saat di lihat dengan menggunakan teleskop. Sedangkan “Transparency” adalah seberapa bersih langit saat kita melakukan pengamatan. “Seeing” dipengaruhi oleh turbulensi atmosfer, sedangkan “Transparency” dipengaruhi oleh kelembapan udara, kabut dan awan.
Tentukan target lokasi yang akan diamari oleh citra satelit cuaca, misalnya adalah Jakarta
Perhatikan secara seksama warna-warna yang muncul pada peta digital dan pergunakan legenda untuk mengetahui arti warna tersebut
Sesuaikan warna-warna dalam peta dengan infografis “Seeing & Transparency” untuk memperoleh prediksi kondisi langit sebenarnya
Pada siang hari, kondisi cuaca “langit cerah” dan “langit berawan tipis” tidak akan terlihat signifikan. Akan tetapi, perbedaan dua kondisi tersebut akan berdampak pada terlihat jelas atau tidaknya bintang atau nebula. Kondisi “langit berawan tipis” juga akan mengganggu pemotretan langit (astrofotografi) ketika hasil foto diolah secara digital.
Satelit yang dimiliki oleh Jepang ini memiliki beberapa kelemahan, seperti tidak mampu untuk mendeteksi awan-awan level rendah yang dapat muncul sewaktu-waktu.
0 Komentar