Astronaut NASA ini Sedih Lihat Bumi dari Luar Angkasa


Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (bahasa Inggris: National Aeronautics and Space Administration; disingkat) adalah badan independen Pemerintah Federal AS yang bertanggung jawab atas program luar angkasa sipil, serta penelitian aeronautika dan luar angkasa.

NASA didirikan pada tahun 1958, menggantikan National Advisory Committee for Aeronautics (NACA). Badan baru ini memiliki orientasi sipil yang berbeda, mendorong penerapan damai di ilmu ruang angkasa.

Sejak didirikan, sebagian besar penjelajahan antariksa AS dipimpin oleh NASA, termasuk misi pendaratan di bulan (Apollo), stasiun luar angkasa Skylab, dan kemudian Pesawat Ulang Alik. 

NASA mendukung Stasiun Luar Angkasa Internasional dan mengawasi pengembangan wahana antariksa Orion, Space Launch System, dan Commercial Crew. 

Badan tersebut juga bertanggung jawab atas Launch Services Program, yang memberikan pengawasan atas operasi peluncuran dan manajemen hitung mundur untuk peluncuran NASA tanpa awak.

Ilmu pengetahuan NASA difokuskan pada pemahaman yang lebih baik tentang Bumi melalui Earth Observing System; memajukan heliofisika melalui upaya Program Penelitian Heliofisika milik Science Mission Directorate; menjelajahi seluruh Tata Surya dengan misi luar angkasa nirawak seperti New Horizons; dan meneliti topik astrofisika, seperti Big Bang, melalui Program Great Observatories dan program terkait.

Astronaut NASA, Megan McArthur, mengaku sedih melihat Bumi dari luar angkasa. Ia menjadi salah satu astronaut yang bertugas di stasiun antariksa International Space Station (ISS).

Dia sedih karena adanya kebakaran di beberapa wilayah di Bumi. Dari luar angkasa, ternyata kebakaran hutan di Bumi bisa terlihat dengan mudah. Kejadian itu menimpa bukan hanya di Amerika Serikat saja, ungkap McArthur.

"Kami sangat sedih melihat kebakaran di sebagian besar Bumi, bukan hanya Amerika Serikat," ujar McAthur dalam wawancaranya dengan Insider dan dikutip dari Futurism, dikutip Selasa (28/6/2022).

Baca juga : Citra Satelit Sebagai Penyeimbang Informasi Sawit

Ia mengatakan bahwa sebenarnya para ilmuwan telah memperingatkan kebakaran hutan itu. Untuk menyelesaikan masalah ini, McArthur menyebut membutuhkan kerja sama dari seluruh komunitas global.

"Selama bertahun-tahun para ilmuwan dunia telah membunyikan bel alarm ini. Ini adalah peringatan bagi seluruh komunitas global. Butuh seluruh komunitas global untuk menghadapi ini dan mengatasi tantangan tersebut," jelasnya.

Kebakaran hutan ini terjadi beberapa waktu lalu dan terlihat dari citra satelit berbentuk awan asap. Daerah yang mengalaminya mulai dari Siberia, Yunani, Spanyol hingga Pacific Northwest.

Turki dilaporkan cukup terpukul karena bencana kebakaran itu. AS juga disebut melakukan upaya merekrut petugas kebakaran dengan jumlah cukup.

Sementara itu hutan hujan di Brasil mengalami ancaman deforestasi. Simon Evans dari Carbon Brief mengatakan kejadian tersebut telah berlangsung dalam beberapa waktu terakhir.

Baca juga : Pengukuran dan Pemetaan Hutan

Sebagai informasi deforestasi dilakukan agar lahan dapat dialihgunakan misalnya pertanian, peternakan, bahkan kawasan tinggal atau perkotaan. Kejadian di Brasil dijalankan kolonialis sebagai cara membuka lahan untuk menanam tanaman komersial seperti karet, gula, dan tembakau.

Ini dipercepat dalam paruh terakhir abad 20 yakni sebagai lahan peternakan sapi, perkebunan tanaman skala industri. Misalnya adalah kedelai, kelapa sawit dan penebangan.

Parahnya terlihat dari foto udara, lahan terus berkurang dari waktu ke waktu. Amazon jadi lebih banyak melepaskan Co2 daripada menyerapnya dalam 10 terakhir.

Ancaman lainnya adalah 40% hutan juga berubah menjadi sabana kering. Ini terjadi jika hutan turun karena perubahan iklim. Sabana berada di wilayah dengan iklim sedang dan curah hujan lebih sedikit.

0 Komentar